Ma'ruf Amin: Profil, Karir, dan Kontribusinya sebagai Wakil Presiden Indonesia
Pendahuluan
Ma'ruf Amin lahir pada tanggal 11 Maret 1943 dan dikenal sebagai seorang politisi, ulama Islam, serta dosen. Saat ini, ia menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-13. Pada saat dilantik, ia berusia hampir 77 tahun, menjadikannya Wakil Presiden Indonesia tertua yang pernah dilantik.
Latar Belakang dan Karir Awal
Ma'ruf Amin lahir saat pendudukan Jepang di Hindia Belanda dari pasangan Mohamad Amin dan Maimunah. Ia pertama kali bersekolah di sekolah dasar di kecamatan Kresek. Ia melanjutkan studinya di Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur, sebuah pesantren Islam berpengaruh yang didirikan oleh pendiri NU, Hasyim Asy'ari. Ma'ruf Amin berhasil memperoleh gelar sarjana dalam disiplin ilmu filsafat Islam dari Universitas Ibnu Khaldun yang terletak di Bogor, Jawa Barat.
Setelah lulus dari perguruan tinggi, Ma'ruf menjalankan misi dakwah di Jakarta. Pada saat itu, NU masih menjadi partai politik aktif dan Ma'ruf terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam pemilihan nasional tahun 1971. Enam tahun kemudian, pada tahun 1977, ia terpilih menjadi anggota Dewan Kota Jakarta sebagai anggota Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk satu masa jabatan (1977–1982) dan menjabat sebagai pemimpin fraksi PPP. Setelah masa jabatannya berakhir, Ma'ruf kembali ke dunia akademis dan aktivisme sosial. Pada tahun 1989, ia diangkat menjadi katib 'aam, posisi senior dalam syuriah NU, dewan tertinggi pengaturan, dan kemudian naik menjadi salah satu rais yang mengawasi kepemimpinan eksekutif Abdurrahman Wahid.
Peran dalam Politik dan Dewan Perwakilan Rakyat
Setelah jatuhnya rezim Suharto pada tahun 1998, Ma'ruf menjadi penasihat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di bawah kepemimpinan Wahid dan memberikan nasihat kepada Wahid selama masa jabatannya sebagai Presiden Indonesia dari tahun 1999 hingga 2001. Ma'ruf kembali aktif di politik dan mewakili PKB dalam DPR nasional dari tahun 1999 hingga 2004. Selama masa jabatan keduanya di DPR, Ma'ruf menjadi ketua Komisi IV (pertanian, pangan, dan urusan maritim) serta anggota Komisi II (urusan pemerintahan dan otonomi daerah) dan Badan Anggaran.
Selama menjadi anggota DPR pada tahun 1999–2004, Ma'ruf memimpin komite Majelis Ulama Indonesia yang bertugas mengeluarkan fatwa hukum. Ia tidak mencalonkan diri lagi dalam pemilihan DPR pada tahun 2004 dan kembali ke Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk memimpin Komite Syariah Nasional (menjabat dari 2004 hingga 2010). Ia juga bertugas sebagai penasihat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Dewan Penasihat Presiden dari tahun 2007 hingga 2014.
Pada tahun 2015, Ma'ruf mencalonkan diri sebagai rais 'aam syuriah NU, yang setara dengan ketua dewan pengatur tertinggi. Ia menempati posisi kedua setelah incumbent Ahmad Mustofa Bisri dari Pesantren Raudlatuth Thalibin. Namun, Bisri menarik diri dari pencalonan tersebut dan Ma'ruf terpilih menjadi rais dalam Kongres NU ke-33.
Beberapa minggu setelah menjadi kepala tertinggi NU, Ma'ruf terpilih sebagai ketua MUI, menggantikan Din Syamsuddin dari Muhammadiyah pada 27 Agustus 2015.
Kandidasi dan Kemenangan Wakil Presiden
Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa ia akan mencalonkan diri untuk pemilihan presiden 2019. Wakil presidennya, Jusuf Kalla, tidak memenuhi syarat untuk periode kedua karena batasan masa jabatan untuk posisi presiden dan wakil presiden. Pada tanggal 9 Agustus, dengan langkah mengejutkan, Widodo mengumumkan bahwa Ma'ruf akan menjadi pasangannya. Meskipun Mahfud MD diyakini akan menjadi calon wakil presiden Jokowi, berdasarkan desakan dari beberapa partai pendukung koalisi pemerintah Widodo dan tokoh-tokoh Islam berpengaruh, Ma'ruf dipilih sebagai pasangan. Dalam menjelaskan alasan di balik keputusan tersebut, Jokowi merujuk pada pengalaman luas Ma'ruf dalam berbagai urusan, termasuk pemerintahan dan keagamaan.
Komisi Pemilihan Umum mengumumkan kemenangan Widodo dan Ma'ruf dengan memperoleh 55,5 persen suara pada 21 Mei 2019, meskipun status Ma'ruf sebagai Wakil Presiden terpilih masih menunggu tuntutan hukum ke Mahkamah Konstitusi.
Peran sebagai Wakil Presiden
Pada 20 Oktober 2019 Ma'ruf Amin resmi dilantik sebagai Wakil Presiden. Dengan usia 76 tahun dan 223 hari saat dilantik, ia adalah Wakil Presiden Indonesia tertua yang pernah dilantik.
Pandangan dan Kontribusi
Ma'ruf juga menunjukkan dukungannya sebagai ketua MUI terhadap peraturan yang mengharamkan pornografi dan mendukung keputusan yang melarang aktivitas Ahmadiyah. Selain itu, Ma'ruf "menyesal" atas putusan Mahkamah Konstitusi yang menolak larangan aktivitas seksual kaum homoseksual pada tahun 2017, dan malah menginginkan "peraturan yang tegas".
Pada tahun 2012, Ma'ruf juga mengeluarkan rekomendasi agar umat Muslim tidak mengucapkan "Selamat Natal", dengan mengacu pada kontroversi yang terkait dengan ucapan tersebut. Namun, pada tahun 2018, ia mencatat bahwa tidak pernah ada larangan eksplisit terhadap ucapan selamat Natal yang dikeluarkan oleh MUI, setelah video dirinya mengucapkan "Selamat Natal" beredar. Ma'ruf juga mendukung larangan Hari Valentine, dengan alasan bahwa perayaannya hanya akan "menimbulkan keributan dan merusak norma dan moral", meskipun ia tidak percaya bahwa setiap daerah di Indonesia harus melarangnya.
Terkait dengan terorisme Islam, Ma'ruf menyatakan bahwa pelaku bom bunuh diri bukanlah martir (syahid), dan bahwa saat ini adalah era perang intelektual daripada perang fisik. Pada saat debat dalam konteks pemilihan presiden tahun 2019, Ma'ruf menegaskan pentingnya langkah deradikalisasi dalam upaya kontraterorisme.
Pada Juni 2022, Ma'ruf merekomendasikan kepada Majelis Ulama Indonesia untuk mengeluarkan fatwa yang memperbolehkan penggunaan cannabis untuk tujuan medis.
Kontroversi
Kasus Ahok
Salah satu momen kontroversial yang melibatkan Ma'ruf adalah terkait dengan pemilihan gubernur Jakarta yang menimbulkan banyak perdebatan pada tahun 2017. Gubernur Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama, yang dikenal sebagai "Ahok", menjadi target protes berbagai pihak pada November 2016. Ahok menduga bahwa Ma'ruf telah berpihak dalam pemilihan tersebut akibat panggilan telepon dengan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang putranya, Agus Harimurti Yudhoyono, menjadi pesaing Ahok dalam pemilihan tersebut. Ahok kemudian menyampaikan permintaan maafnya kepada Ma'ruf melalui media sosial atas implikasi bahwa Ma'ruf mungkin dipengaruhi oleh tekanan politik.
Ma'ruf menerima permintaan maaf Ahok dan menyatakan bahwa masalah tersebut telah selesai. Meskipun Ma'ruf bersedia mengakhiri masalah ini, sebuah organisasi yang dikenal sebagai Pengusaha Muda Indonesia melaporkan Ahok ke unit penyelidikan kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia atas tuduhan pelecehan terhadap Ma'ruf dan penyadapan pembicaraannya dengan mantan Presiden Yudhoyono, meskipun sebelumnya tim hukum Ahok membantah tindakan terakhir tersebut.
Dalam wawancara terpisah, yang dilakukan setelah ia dipilih sebagai calon wakil presiden, Ma'ruf menyatakan bahwa ia menyesal telah bersaksi melawan Ahok dan menambahkan bahwa ia "terpaksa" melakukannya karena ia harus menegakkan hukum.
Kehidupan Pribadi
Istri pertama Ma'ruf, Siti Churiyah, meninggal pada 22 Oktober 2013 pada usia 67 tahun. Dari pernikahan yang berlangsung selama 49 tahun tersebut, mereka memiliki sembilan anak dan 13 cucu. Tujuh bulan kemudian, pada 31 Mei 2014, ia menikahi Wury Estu Handayani, yang telah menjadi janda selama sekitar dua tahun. Mereka menikah dalam sebuah upacara pribadi di Masjid Sunda Kelapa yang terkenal di Menteng, Jakarta Pusat.
Ma'ruf adalah penggemar sepak bola. Ia sebelumnya mendukung Manchester United, tetapi setelah beberapa tahun performa buruk klub tersebut, Ma'ruf beralih dukungannya kepada rival bebuyutan klub, Liverpool, pada tahun 2019.
Kesimpulan
Melalui perjalanan panjang dalam politik dan urusan agama, Ma'ruf Amin telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi Indonesia. Dari peran sebagai anggota DPR hingga jabatannya sebagai Wakil Presiden, Ma'ruf telah terlibat dalam berbagai isu penting yang memengaruhi masyarakat Indonesia. Dengan dukungan terhadap peraturan agama dan pengalaman pemerintahan yang luas, ia telah menjadi sosok yang berpengaruh dalam pembentukan kebijakan negara. Meskipun tak luput dari kontroversi, Ma'ruf terus berusaha menjalankan tanggung jawabnya dengan integritas dan komitmen terhadap negara dan agama._
FAQs (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
Apa yang membuat Ma'ruf Amin unik sebagai tokoh politik Indonesia?
Ma'ruf Amin memiliki kombinasi latar belakang agama dan politik yang membuatnya menjadi tokoh yang berpengaruh di Indonesia.
Bagaimana pandangan Ma'ruf Amin terhadap isu-isu sosial?
Ma'ruf Amin cenderung memiliki pandangan konservatif dalam isu-isu sosial seperti moralitas dan budaya.
Apa peran Ma'ruf Amin dalam upaya melawan terorisme?
Sebagai Wakil Presiden, Ma'ruf Amin telah menekankan pentingnya pendekatan deradikalisasi dalam mengatasi tantangan terorisme.
Bagaimana kontribusi Ma'ruf Amin terhadap hubungan internasional Indonesia?
Sebagai figur penting dalam pemerintahan, Ma'ruf Amin juga memiliki peran dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri Indonesia.
Apa yang membuat Ma'ruf Amin berbeda dari para wakil presiden sebelumnya?
Ma'ruf Amin unik karena latar belakangnya sebagai ulama Islam, yang memberikan dimensi tambahan pada peran politiknya.